CERPEN: SECRET ADMIRER OF "RISOL BIHUNKU" 🥕🌯☕🥤
Pagi ini aku agak tergopoh bekerja di dapur karena nyaris saja kesiangan. Badanku masih terasa linu karena kehujanan kemarin sore sepulang menjenguk seorang kawan masa SMA yang baru saja melahirkan. Pukul 04 tadi sayup-sayup terdengar suara mama masuk ke teras rumah. Aku mencoba me.mbuka mata dan mematikan alarm. Wangi nasi uduk menyeruak masuk ke dalam kamar ketika mama membuka pintu menuju ke dalam rumah dengan kunci yang ia bawa. Ya, mama memang memegang satu set duplikat kunci rumah ini.
"Dianthaaaa...." Panggilnya. Aku menghela nafas, masih sangat mengantuk.
"Risolnya dah siap, belum?" Tanyanya kemudian.
Aku tersentak, kaget. Astagfirulloohal'adziim. Pagi ini kan, harusnya aku sudah menggoreng 60pcs risol bihun pesanan seseorang. Seseorang itu, lebih tepatnya adalah secret admirer of risol bihunku. Entah mengapa, orang ini sangat menggemari risol bihunku. Katanya, isinya banyak, bihunnya empuk dan tidak berminyak. Wortelnya pun melimpah. Ada aroma lada yang menambah citarasa. Kulitnya kres, tapi tidak keras. Empuk di lapisan dalam. Dan, yang terpenting, katanya, risolku tidak berminyak. Ukurannya besar, harganya pun masih standar.
Aku melambung mendengar pujian orang itu yang disampaikan lewat mama. Tapi, tidak sampai terbang tinggi. Akupun menyukai risol kampung buatanku itu. Satu saja tidak akan cukup. Apalagi kalau disiram bumbu kacang. Hmmm.. bisa lupa diri, hehe. Beberapa tetanggaku di sini pun sangat mengidolakan risol bihunku. Aku memang tidak pernah pelit dalam urusan bahan kue. Memilih yang bagus tidak akan membuatku rugi. Toh, harga dasarnya hanya lebih mahal sedikit dari bahan kue yang biasa saja.
Aku langsung membuka mata dan bangkit perlahan. Diam sesaat, bingung. Mama memandangku dari luar kamar. Seperti memperhatikan kegundahan di wajahku. Dia terlihat menerka-nerka apa yang ada di pikiranku.
"Ga dibikinin, risolnya?" Tanyanya kemudian.
"Hmm.. iya, bentar... Melek dulu..." Sahutku pelan.
"Emang keburu, dah jam empat lewat gituh...."
"Insyaa Alloh, keburu...." Kataku datar.
Aku hanya punya waktu sekitar satu jam menuju pukul 6. Terpotong bersih-bersih diri dan solat subuh. Ya, jam 6, waktu di mana ia janji akan mengambil pesanannya. Setelah mengusap mata dan membaca doa bangun tidur, aku meneguk air. Lagi-lagi diam sesaat, apa iya keburu, batinku. Tapi, entah kekuatan apa yang membuatku tiba-tiba bersemangat. Mungkin karena yang memesan risol bihunku adalah sang secret admirer. Jadi, aku berpikir tidak boleh mengecewakannya.
Aku menuju kamar mandi, mencuci muka, sikat gigi, dan mengambil wudu. Aah, tidak akan sempat solat malam, waktu sudah mendekati subuh. Aku mengambil panci kecil dan menyalakan keran. Mengisi air ke dalam panci hingga setengahnya untuk direbus. Mencari-cari bihun di rak, Alhamdulillaah masih ada dua setengah lembar. Bergegas menuju kulkas dan mengambil serutan wortel lebihan kemarin. Alhamdulillaah, wortelnya masih segar. Aku segera menuang 1 kg terigu, 100 gram tapioka, 1 buah telur, dan sejumput garam ke dalam baskom kecil. Terlihat air sudah mendidih, aku mengambil bihun dan membelahnya menjadi 2 bagian, lalu memasukkan ke dalam panci. Sementara bihun melembut. Aku dengan sigap mengaduk tepung dan kawan-kawannya dengan hati-hati agar tidak tumpah. Aku tuang sedikit demi sedikit sekitar 1.800ml air hingga mencapai kekentalan yang aku inginkan. Terakhir, aku menambahkan beberapa sendok makan minyak goreng. Selesai, adonan kulit risol siap dicetak. Di wadah lain, aku tiriskan bihun, aku suka tekstur bihun yang tidak basah.
Adzan berkumandang, aku melirik jam. Bergegas bersiap subuh.
Jam 5 kurang sedikit, bihun sudah benar-benar tiris. Setelah dipindahkan ke baskom kecil, aku masukkan serutan wortel, lada bubuk, dan penyedap rasa. Tanpa minyak goreng sedikitpun. Tak lupa, aku tambahkan irisan daun bawang dan seledri. Aku colek sedikit, hmmm... enak.
Waktu berjalan memacu adrenalin. Sambil berzikir pagi, aku mulai mencetak kulit risol, satu persatu, diberi isian, dan dikumpulkan dalam satu nampan. Sesekali, aku bergerak mengolah raga. Menjinjit kaki, memutar kedua lengan, meregangkan pinggang dan leher. Plong sekali nafasku.
Kulirik jam, duh jarum panjang sudah berpindah ke angka 6 dari pukul 5. Saatnya sembari menggoreng risol. Tips menggoreng risol ala aku, panaskan minyak dengan api paling besar. Masukkan risol saat minyak sudah panas maksimal dan stabil. Jangan terlalu banyak. Balik sekali saat bagian bawah sudah kecoklatan. Dan, angkat saat semua bagian sudah matang. Tunggu sesaat, jangan langsung memasukkkan risol mentah yang berikutnya.
Bunyi burung bersahutan, menandakan matahari mulai naik dan terang membasuh embun. Harum risol kampung yg kremus2, hangat, dan menggugah selera. Berburu dengan detik, sayup-sayup kudengar suara itu. Suara pria muda yang sederhana berwajah teduh. Dialah, sang "Secret Admirer" risol bihunku.
"Assalamu'alaykum, bude...", Sapanya kepada emak.
"Wa'alaykumussalaam, Dianthaaaaa...", Teriak si emak.
Segera aku keluar membawa satu dus besar berisi 60 pcs risol bihun kesukaannya. Ternyata, dia sering memesan risol karena di kantornya banyak yang suka. Jadi, sambil menyelam minum air, dia jualan risol buatanku, hehe. Lumayan, katanya, buat jajan makan siang. Alhamdulillaah, بارك الله فيكم... jangan bosan, yaaap... Tetap suka dan terus berlangganan risol kampungku. 🥰